Rabu, 06 November 2019

Tantangan dunia pendidikan terhadap pengembangan SDM pendidikan islam




A.  PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai posisi sentral dalam mewujudkan kinerja pembangunan, yang menempatkan manusia dalam fungsinya sebagai resource pembangunan. Di dalam konteks ini harga dan nilai manusia ditentukan oleh relevansi konstruksinya pada proses produk. Kualitas manusia diprogramkan sedemikian agar dapat sesuai dengan tuntutan pembangunan atau tuntutan masyarakat[1]. Eksistensi bangsa Indonesia ditengah percaturan era global sekarang, akan dipengaruhi kemampuan sumber daya manusia Indonesia, terutama yang bercirikan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pemantapan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa[2]. Hal ini dapat diusahakan melalui pendidikan sebagai alternatifnya
Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kenyataan hidup dimasa yang akan datang, yakni masa di mana anak didik itu mengarungi kehidupan. Oleh karena itu pendidikan harus didesain untuk kehidupan lebih baik pada masa mendatang, begitu pula penanaman nilai-nilai yang mampu membekali kehidupan di masa datang, yang bersumber dari agama juga harus diberikan. Ini meliputi kualitas dan keunggulan kompetisi sumber daya manusia, sampai dengan masyarakat yang ideal yang dicita-citakan sesuai dengan tuntutan masa depan yang berlandaskan nilai-nilai Islam.
Dalam  perspektif  Islam,  pendidikan  telah  memainkan  peran  penting dalam upaya melahirkan manusia yang handal dan dapat menjawab tantangan zaman. Sumber daya manusia tersebut merupakan gerakan human investment adalah upaya pendidikan jangka panjang untuk melahirkan sumber daya manusia. Pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam peningkatan kualitas  sumber  daya  manusia.  Sesuai  dengan  cirinya  sebagai  pendidikan agama, secara ideal berfungsi dalam penyiapan SDM yang berkualitas tinggi, baik dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi maupun hal karakter,  sikap moral, dan  penghayatan serta pengamalan ajaran agama. Secara singkat, pendidikan Islam yang ideal berfungsi membina dan menyiapkan  anak  didik  yang  berilmu,  berteknologi,  berketrampilan  tinggi serta beriman beramal sholeh.
Dalam rangka perwujudan fungsi idealnya untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut, sistem pendidikan Islam haruslah senantiasa mengorientasikan diri kepada menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul dalam masyarakat Indonesia sebagai konsekuensi logis dari perubahan karena Indonesia hanya bisa survive ditengah pertarungan politik internasional yang kian kompetitif dengan alternatif penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
Pengembangan sumber daya manusia bukan merupakan persoalan yang mudah karena membutuhkan pemikiran langkah aksi yang sistematik, sistemik, dan serius. Karena berusaha memberikan konstruksi yang utuh tentang manusia dengan mengembangkan seluruh potensi dasar manusia. Dalam hal ini, pondok pesantren dengan segala potensi yang dimilikinya mempunyai peran serta terhadap pembangunan yang sedang berlangsung. Untuk itu segala upaya yang mengacu pada pengembangan kualitas manusia sebagai sumber daya insani secara terus menerus dilakukan dengan indikasi peningkatan kualitas manusia Indonesia yang mampu berfikir strategis dan berwawasan masa depan adanya keseimbangan antara IMTAQ dan IPTEK.
2.    Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Tantangan dunia pendidikan terhadap pengembangan SDM pendidikan islam ?
b.    Bagaimana tantangan dunia pendidikan terhadap pengembangan SDM pendidikan islam ?
3.    Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana Pengertian Tantangan dunia pendidikan terhadap pengembangan SDM pendidikan islam
b.    Untuk mengetahui Bagaimana tantangan dunia pendidikan terhadap pengembangan SDM pendidikan islam

B.   PEMBAHASAN
Pengertian Pendidikan Islam
Keberadaan pendidikan sama tuanya dengan keberadaan manusia itu sendiri. Pendidikan yang diterima manusia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu mulai dari bentuknya yang sederhana sampai yang modern, sesuai juga dengan perkembangan dari sosial budaya[3]. Pendidikan juga melibatkan sosok manusia yang senantiasa dinamis, baik sebagai peserta didik, pendidik maupun penanggung jawab pendidikan.
Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keteranpilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara[4].
Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam yang mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sebagai hamba Alloh sebagaimana Islam sebagai pedoman kehidupan dunia dan akhirat.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui peroses demi peroses kearah tujuah akhir perkembangan atau pertumbuhannya.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin bertambah dan luas, maka pendidikan Islam bersifat terbuka dan akomodatif terhadap tuntutan zaman sesuai norma-norma Islam.
Dalam studi pendidikan, sebutan “ pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Dapat juga di ilustrasikan bahwa pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggun dalam moral”. Menurut cita-citanya pendidikan Islam memperoyeksi diri untuk memperoleh “insan kamil”, yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal, sekalipun di yakini baru hanya Nabi Muhammad SAW yang telah mencapai kualitasnya. Lapangan pendidikan Islam identik dengan ruang lingkup pendidikan Islam yaitu bukan sekedar proses pengajaran (face to face), tapi mencakup segala usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam kedalam diri subyek didik.
Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM adalah potensiyang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagaimakhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi.
Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalam manajemen sumber daya manusiaatau (MSDM). Dalam bidang ilmu ini, terjadi sintesa antara ilmu manajemen dan psikologi. Mengingat struktur SDM dalam industri-organisasi dipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusia-nya sebagai subyek pelaku adalah bidang kajian ilmu psikologi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.

Pengembangan Kualitas SDM
Manusia adalah makhluk mulia, makhluk unggulan dan serba biasa, keunggulan manusia tersebut karena ia memiliki sumber daya yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Sumber daya manusia (SDM) adalah potensi dasar yang ada pada diri manusia sendiri sejak manusia itu diciptakan Allah, guna dimanfaatkan dan dikembangkan sesuai dengan petunjuk-Nya. Sumber daya manusia siap pakai, melainkan hanya potensi dasar yang perlu dikembangkan sampai potensi atau sumber daya itu optimal dan siap pakai. Sebagaimana firmannya: “(Tuhan) yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya) dan menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk” (QS. Al-Alaa’: 2-3). “dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS. Al-Furqan: 2).
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa segala apa yang diciptakan Allah termasuk manusia telah diberi kelengkapan-kelangkapan, kesiapan-kesiapan sesuai dengan naluri, sifat-sifat, potensi dan kapasitasnya serta fungsi masing-masing kelengkapan yang diperlukan dalam kehidupan itulah sumber daya manusia.
Manusia diciptakan Allah dengan struktur dan bentuk tubuh yang hanya dapat tumbuh dan dapat dipertahankan hidupnya dengan bantuan makanan. Allah memberi petunjuk kepada manusia tentang perlunya makanan untuk memberi daya tahan pada tubuh dan memberikan kesanggupan pada manusia untuk mendapatkan makanan itu. Untuk memperoleh makanan tersebut dibutuhkan alat untuk dapat membuat dan memproses makanan itu sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang lebih banyak, maka diperlukan kerjasama dengan yang lain (ta’awun). Dan untuk mempertahankan eksistensinya dari serangan musuh, maka Allah memberikan kepada manusia kesanggupan pada akalnya untuk berfikir dan pada tangannya untuk bekerja sebagai keahlian dan dari keahlian itu menghasilkan peralatan dan persenjataan untuk mempertahankan dirinya. Agar pertahanan diri tersebut lebih efektif, maka dibentuklah kerjasama yang baik dalam bentuk organisasi masyarakat, karena tanpa kerjasama yang terorganisir, maka tujuan yang baik tidak akan bisa dicapai, bahkan tujuan baik tersebut dapat digagalkan oleh tujuan jahat yang terorganisir dengan rapid dan solid menjadikan organisasi itu berwibawa dan kalau sudah berwibawa akan memiliki kedaulatan yang kuat. Itulah sumber daya manusia dan dengan sumber daya itulah kemudian Allah menunjukkan manusia sebagai khalifah yang diharapkan dapat memakmurkan bumi.
Dengan demikian, maka sumber daya manusia menurut Islam adalah segenap daya yang ada dalam diri manusia yaitu jasmani, akal, hati dan nafsu yang kualitasnya dapat diukur dengan kualitas fisik, daya nalar, keteguhan iman, keterampialn dan keshalehan amaliah, nafsu mardhiyah dan keutamaan moral (akhlak karimah), itulah “Ibaad Shaalihuun”.
Peningkatan Kualitas SDM
Kualitas sumber daya manusia merupakan unsur yang penting dalam usaha mencapai harapan “fi al dunya hasanah wa fi al akhirati hasanah”. Dalam pengembangan kualitas SDM tersebut, terasa betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi, keimanan dan ketaqwaan.
Jika peningkatan SDM itu intinya adalah peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam hal ini yang ditingkatkan adalah akal kreatif, daya nalar atau intelektualitasnya. Dan agar supaya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut lebih bermakna, baik dalam konteks kepentingan duniawi maupun dalam konteks pengabdian kepada Allah, dan agar ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak menjadi liar dan tak terkendali, maka harus dibingkai dengan iman dan takwa.
Dalam peningkatan kualitas iman dan takwa, maka yang ditingkatkan adalah pembinaan hati dan anggota badan lainnya, karena takwa membutuhkan pelaksanaan yang bersifat fisik. Kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kualitas iman dan takwa harus seimbang dan peningkatan kualitas keduanya harus berjalan seiring.
Kelemahan umat Islam dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan ketertinggalan dalam segala bidang, tertinggal dari percepatan laju ekonomi dan peradaban dunia serta terpuruk di tengah-tengah pusaran globalisasi dunia, bahkan bisa menjadi bola permainan dunia. Sebaliknya jika kualitas sumber daya umat Islam baik dan potensial, memiliki kerjasama yang solid dan kuat, memilki keunggulan duniawiyah, ikhlas dalam segala tindakan dan teguh memegang peraturan Allah, maka umat Islam akan menjadi umat yang berwibawa dan menjadi ikutan bagi masyarakat dunia.
Daya nalar manusia perlu dilatih sedikit demi sedikit samapai mencapai kualitas yang diharapkan. Tahap pertama nalar manusia dilatih untuk dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang haq dengan yang batil, antara yang mashlahah dengan yang mafsadah dan sebagainya. Tahap ini disebut dengan “al ‘aql al tamyiz” (akal pembeda).
Selanjutnya sumber day a yang ada dalam diri manusia sendiri berupa jasmani, akal hati dan jiwa kualitasnya dapat meningkat terus-menerus kearah yang lebih optimal apa bila ada pengaruh dari luar dirinya, yaitu hidayah dan pendidikan. Dengan hidayah dari Allah, yang bersifat sirriyah dapat menjadikan akal seseorang memperoleh ilham atau inspirasi yang baik, hati seseorang semakin teguh, keimanan semakin mantap, jiwa semakin tenang dan amaliah semakin baik, gagasan semakin banyak, keterampilan semakin professional dan kemampuan fisik semakin baik.
Pendidikan yang dapat meningkatkan sumber daya yang ada pada diri manusia harus ditunjang oleh beberapa faktor, antara lain:
a.       Mengoptimalkan fungsi pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam menyiapkan tenaga kerja terdidik, terampil, terlatih, dalam menyiapkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan dalam meningkatkan iman dan takwa.
b.      Menyusun kurikulum dengan muatan pelajaran yang dapat meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi iman dan takwa
c.       Menyediakan waktu yang cukup untuk pelatihan, pemecahan masalah, eksperimen, eksplorasi dan observasi (QS. Al-A’raf: 86; Ali Imran: 137)
d.      Mendorong berdirinya sekolah-sekolah non formal yang mengarah kepada penguasaan ketrampilan khusus yang dibutuhkan masyarakat dan industri
e.       Mendirikan balai-balai latihan untuk mereka yang memerlukan magang
f.        Mendirikan padepokan-padepokan dalam lingkungan komunitas sosial untuk berlatih dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
g.      Memasukkan pesantren ke dalam sistem pendidikan nasional yang memiliki otonomi penuh.
h.      Mengembangkan standar professional guru dalam rangka peningkatan kualitas SDM.
i.        Mendorong penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan perspektif etis dan panduan moral guna terwujudnya percepatan transformasi masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Mengkoordinasi SDM dan mengidentifikasi SDM untuk mencapai tujuan dengan jalan membentuk organisasi.
j.        Peningkatan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, masyarakat dan industri.
k.      Menciptakan sistem pendidikan yang pro aktif dan lentur sebagai kerangka dasar konsep “Link and Match” keterkaitan dan kesepadanan antara dunia pendidikan dengan dunia industri.
l.        Menyelenggarakan pendidikan sistem ganda dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja berkualitas, yaitu bentuk penyelenggaran pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui praktek langsung di dunia kerja sehingga peserta didik akan memiliki tingkat professional yang sambung dengan dunia kerja yang dibutuhkan[5].
Itulah beberapa konsep yang dikemukan para ahli dalam rangka pengembangan kualitas SDM khususnya di Indonesia. Konsep-konsep tersebut apabila dilaksanakan dengan baik niscaya akan menghasilkan SDM yang berkualitas sesuai yang diharapkan oleh pendidikan Islam.
Hambatan Dan Tantangan
1.        Hambatan SDM
Upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi, berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi, bermoral dan berbudaya yang dibingakai iman dan takwa bukanlah suatu pekerjaan yang ringan dan mudah, karena dunia pendidikan nasional khususnya pendidikan Islam masih menghadapi berbagai masalah internal yang cukup mendasar dan sangat kompleks.
Pendidikan di Indonesia masih banyak menghadapi masalah yang berantai mulai dari pendidikan tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Rendahnya kualitas pendidikan dasar jika tidak segera diatasi, akan berpengaruh negatif terhadap jenjang pendidikan diatasnya samapai ke perguruan tinggi, pendidikan dasar adalah tahapan yang kritis terbentuknya watak dan kepribadian peserta didik. Oleh karena itu pada pendidikan dasar merupakan saat yang paling tepat untuk menumbuh kembangkan moral hidayah iman dan takwa sebagai landasan yang kuat bagi perkembangan berikutnya.
Pendidikan internal yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Islam antara lainL
a.       Rendahnya penerapan kesempatan belajar yang disertai dengan banyaknya peserta didik yang putus sekolah dan banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hal ini terkait erat dengan masalah kemiskinan dan kesadaran orang tua terhadap pendidikan anaknya.
b.      Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam, matematika, dan bahasa inggris, padahal materi pelajaran tersebut merupakan modal dasar bagi kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian juga rendahnya penguasaan bahasa Arab di lingkungan pendidikan agama, padahal bahasa Arab dalam rangka meningkatkan kualitas iman dan takwa.
c.       Rendahnya efisiensi internal pendidikan karena banyak pesera didik yang mengulang kelas, sehingga lama studi melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Untuk program sarjana satu rata-rata penyelesaiannya selama 5,5 tahun (11 semester), padahal hal ketentuan yang berlaku 4 tahun atau 8 semester.
d.      Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidiken atau relevansi pendidikan. Hal itulah yang seringkali dipermasalahkan sebagai penyebab terjadinya pengangguran tenaga terdidik sebenarnya bukan semata-mata karena rendahnya relevansi pendidikan, akan tetapi juga karena perkembangan dunia usaha didominasi oleh pengusaha-pengusaha besar yang mempunyai kecenderungan mengutamakan padat modal dan teknologi yang tidak banyak membutuhkan tenaga kerja. Yang demikian ini menyebabkan banyak tenaga kerja yang tidak terserap, ditambah lulusan setiap tahun semakin meningkat.
e.       Dilibatkan dari segi konsep pendidikan kejuruan modal konvensional terdapat kelemahan-kelemahan, yaitu; penerapan pendekatan “supply driven” dinamika totalitas penyelenggaraan pendidikan kejuruan dilakukan secara sepihak oleh pemerintah, dalam hal ini Depdiknas dan pengelolaannya terlalu sentralisti; penerapan pendekatan “supply driven” dimana totalitas penyelenggaraan pendidikan kejuruan dilakukan secara sepihak oleh pemerintah, dalam hal ini Depdiknas dan pengelolaannya terlalu sentralistik; penerapan “school based model” telah membuat peserta didik tertinggal oleh kemajuan dunia usaha atau industri; pengajaran berbasis mata pelajaran telah membuat peserta didik tidak jelas kompetensi yang dicapainya; pendidikan kejuruan model berbasis sekolah fleksibel, namun tidak mengakui keahlian yang diperoleh di luar sekolah; pendidikan kejuruan hanya menyiapkan tamatannya untuk bekerja di sektor formal dan kurang adanya integrasi antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan; guru kejuruan kurang adanya integrasi antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan ; guru kejuruan kurang memiliki pengalaman kerja industri; dan adanya kesenjangan pembiayaan, sekolah kejuruan negeri pembiayaan sepenuhnya ditanggung pemerintah, sedang sekolah kejuruan swasta biayanya sepenuhnya ditanggung peserta didik.
f.        Adanya kebiasaan salah, namun dilakukan terus menerus oleh guru tanpa ada kesadaran bahwa apa yang dilakukan sebenarnya salah antara lain; membiarkan peserta didik menghasilkan pekerjaan asal jadi tanpa ada pengawasan dan bimbingan; membiarkan peserta didik bekerja sama tanpa memperhatikan keselamatan kerja[6].
2.        Tantangan SDM
Arus globalisasi yang sedang melanda dunia termasuk Indonesia merupakan tantangan bagi SDM. Globalisasi adalah suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam suatu sistem ekonomi global yang diyakini sebagai era masa depan yang menjanjikan, yaitu pertumbuhan ekonomi global yang dapat mendatangkan kemakmuran global bagi semua. Proses globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan faham kapitalisme, yakni kian terbuka dan mengglobalkanya peran pesat. Investasi dan proses produksi dari perusahaan-perusahaan transnasional yang dikuatkan oleh ideology dan tata dunia perdagangan baru di bawah aturan yang ditetapkan oleh organisasi perdagangan bebas secara global[7].
Kebanyakan masyarakt beranggapan bahwa keunggulan seseorang terletak pada kemampuan ekonominya, sedang untuk dapat memiliki ekonomi yang mapan diperlukan SDM yangb berkualitas, dan ini bisa diperoleh hanya dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dunia usaha dan industri erat sekali hubungannya dengan kualitas SDM yang menanganinya. Suatu usaha dilakukan dan industri didirikan mempunyai satu tujuan, yaitu membangun ekonomi yang mapan, yang berarti kemapaman ekonomi itulah yang menjadi tujuan utama segala aktifitas kerja orang-orang di seluh dunia. Dengan demikian maka “keunggulan manusia terletak pada kualiatas sumber daya yang dimilikinya”.
Di sisi lain, globalisasi ditandai dengan mudahnya seseorang memperoleh informasi dan sentuhan budaya dari berbagai penjuru dunia. Kecepatan dan kemudahan memperoleh informasi tersebut karena adanya penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Siapa yang memilki teknologi informasi yang tinggi, maka dialah yang paling cepat mengirim atau menerima informasi tentang aktifitas ekonomi, budaya maupun lainnya. Oleh karena itu arus globalisasi datangnya dari Barat, maka bentuk ekonomi, informasi dan budaya yang mengglobal adalah produk Barat yang notabenya banyak yang tidak sesuai dengan ajaran dan budaya Islam. Yang demikian itu merupakan tantangan yang harus dihadapi umat Islam.
Arus globalisasi dengan dua indikator tersebut sudah di depan umat Islam. Jika umat Islam bertahan seperti keadaannya yang sekarang ini, niscaya akan tersapu dan tenggelam dalam arus globalisasi secara totalitas, berarti sengaja menghanyutkan nilai-nilai keIslaman sendiri. Yang menjadi tantangan khususnya bagi dunia pendidikan Islam adalah merumuskan dan menentukan langkah-langkah bagaimana agar umat Islam dapat tetap eksis dalam arus globalisasi tanpa kehilangan nilai-nilai keIslamannya.

C.  KESIMPULAN
Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam yang mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sebagai hamba Alloh sebagaimana Islam sebagai pedoman kehidupan dunia dan akhirat.
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosialyang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
Pada hakekatnya pengembangan sumber daya manusia merupakan irisan dari tiga komponen dasar sebagai berikut ; pengembangan individu (personal),  pengembangan karier (professional), pengembangan dalam kehidupan bermasyarakat (organisasi).
Dari pemaparan di atas, maka dapat disederhanakan dalam uraian kesimpulan di bawah ini bahwa pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mengembangkan kualitas SDM yang Islami yang ditandai dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan takwa agar umat Islam tidak tenggelam dalam arus globalisasi atu terseret hanyut sehingga menyebabkan nilai-nilai keIslamannya hilang. Walaupun dalam kenyataannya selalu dihadapkan dengan berbagai hambatan dan tantangan.




Daftar Rujukan
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Jember: Center For Society Studies, 2007)
Direktorat Jendral Pendidikan agama Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Depag RI, 2006)
Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, (Jakarta: Paramadina Logos Wacana Ilmu, 2001)
Jimmly Ash-Shidiqie (eds), Sumber Daya Manusia untuk Indonesia Masa Depan (Bandung: Mizan, 1996)
Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001)
Moeljanto Tjokrowinoto, Pembangunan Dilema dan Tantangan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995)



[1] Moeljanto Tjokrowinoto, Pembangunan Dilema dan Tantangan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 28.
[2] Jimmly Ash-Shidiqie (eds), Sumber Daya Manusia untuk Indonesia Masa Depan (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 9.

[3] Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Jember: Center For Society Studies, 2007), hal. 6.
[4] Direktorat Jendral Pendidikan agama Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Depag RI, 2006), hal. 5.

[5] Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, (Jakarta: Paramadina Logos Wacana Ilmu, 2001), hal. 125-127.
[6] Ibid. hal. 112.
[7] Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal. 196

Tidak ada komentar:

Posting Komentar