A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Sumber
Daya Manusia (SDM) mempunyai posisi sentral dalam mewujudkan kinerja
pembangunan, yang menempatkan manusia dalam fungsinya sebagai resource pembangunan. Di dalam konteks
ini harga dan nilai manusia ditentukan oleh relevansi konstruksinya pada proses
produk. Kualitas manusia diprogramkan sedemikian agar dapat sesuai dengan
tuntutan pembangunan atau tuntutan masyarakat[1].
Eksistensi bangsa Indonesia ditengah percaturan era global sekarang, akan
dipengaruhi kemampuan sumber daya manusia Indonesia, terutama yang bercirikan
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pemantapan iman dan
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa[2].
Hal ini dapat diusahakan melalui pendidikan sebagai alternatifnya
Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kenyataan
hidup dimasa yang akan datang, yakni masa di mana anak didik itu mengarungi
kehidupan. Oleh karena itu pendidikan harus didesain untuk kehidupan lebih baik
pada masa mendatang, begitu pula penanaman nilai-nilai yang mampu membekali
kehidupan di masa datang, yang bersumber dari agama juga harus diberikan. Ini
meliputi kualitas dan keunggulan kompetisi sumber daya manusia, sampai dengan
masyarakat yang ideal yang dicita-citakan sesuai dengan tuntutan masa depan
yang berlandaskan nilai-nilai Islam.
Dalam
perspektif Islam, pendidikan
telah memainkan peran
penting dalam upaya melahirkan manusia yang handal dan dapat menjawab
tantangan zaman. Sumber daya manusia tersebut merupakan gerakan human investment adalah upaya pendidikan
jangka panjang untuk melahirkan sumber daya manusia. Pendidikan Islam mempunyai
peranan penting dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
Sesuai dengan cirinya
sebagai pendidikan agama, secara
ideal berfungsi dalam penyiapan SDM yang berkualitas tinggi, baik dalam
penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi maupun hal karakter, sikap moral, dan penghayatan serta pengamalan ajaran agama.
Secara singkat, pendidikan Islam yang ideal berfungsi membina dan
menyiapkan anak didik
yang berilmu, berteknologi,
berketrampilan tinggi serta
beriman beramal sholeh.
Dalam rangka perwujudan fungsi idealnya untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut, sistem pendidikan Islam
haruslah senantiasa mengorientasikan diri kepada menjawab kebutuhan dan
tantangan yang muncul dalam masyarakat Indonesia sebagai konsekuensi logis dari
perubahan karena Indonesia hanya bisa survive
ditengah pertarungan politik internasional yang kian kompetitif dengan
alternatif penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
Pengembangan sumber daya manusia bukan
merupakan persoalan yang mudah karena membutuhkan pemikiran langkah aksi yang
sistematik, sistemik, dan serius. Karena berusaha memberikan konstruksi yang
utuh tentang manusia dengan mengembangkan seluruh potensi
dasar manusia. Dalam hal ini, pondok pesantren dengan segala potensi yang
dimilikinya mempunyai peran serta terhadap pembangunan yang sedang berlangsung.
Untuk itu segala upaya yang mengacu pada pengembangan kualitas manusia sebagai
sumber daya insani secara terus menerus dilakukan dengan indikasi peningkatan
kualitas manusia Indonesia yang mampu berfikir strategis dan berwawasan masa
depan adanya keseimbangan antara IMTAQ dan IPTEK.
2.
Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Tantangan dunia pendidikan terhadap pengembangan SDM
pendidikan islam ?
b.
Bagaimana tantangan dunia pendidikan terhadap pengembangan SDM
pendidikan islam ?
3.
Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana Pengertian Tantangan dunia pendidikan
terhadap pengembangan SDM pendidikan islam
b.
Untuk mengetahui Bagaimana tantangan dunia pendidikan terhadap
pengembangan SDM pendidikan islam
B.
PEMBAHASAN
Pengertian Pendidikan Islam
Keberadaan pendidikan sama tuanya
dengan keberadaan manusia itu sendiri. Pendidikan yang diterima manusia
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu mulai dari bentuknya yang sederhana
sampai yang modern, sesuai juga dengan perkembangan dari sosial budaya[3]. Pendidikan
juga melibatkan sosok manusia yang senantiasa dinamis, baik sebagai peserta
didik, pendidik maupun penanggung jawab pendidikan.
Pendidikan juga merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keteranpilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara[4].
Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang
berlandaskan ajaran Islam yang mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan
manusia sebagai hamba Alloh sebagaimana Islam sebagai pedoman kehidupan dunia
dan akhirat.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan peribadi
manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara
bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
peroses demi peroses kearah tujuah akhir perkembangan atau pertumbuhannya.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan manusia
yang semakin bertambah dan luas, maka pendidikan Islam bersifat terbuka dan
akomodatif terhadap tuntutan zaman sesuai norma-norma Islam.
Dalam studi pendidikan, sebutan “ pendidikan Islam” pada umumnya
dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang
keagamaan. Dapat juga di ilustrasikan bahwa pendidikan yang mampu membentuk
“manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggun dalam
moral”. Menurut cita-citanya pendidikan Islam memperoyeksi diri untuk
memperoleh “insan kamil”, yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal,
sekalipun di yakini baru hanya Nabi Muhammad SAW yang telah mencapai
kualitasnya. Lapangan pendidikan Islam identik dengan ruang lingkup pendidikan
Islam yaitu bukan sekedar proses pengajaran (face to face), tapi
mencakup segala usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam kedalam diri
subyek didik.
Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi
SDM adalah potensiyang terkandung dalam diri manusia untuk
mewujudkan perannya sebagaimakhluk sosial yang adaptif dan transformatif
yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di
alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan
berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti
sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh
karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil
penjurusan industri dan organisasi.
Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalam manajemen sumber daya
manusiaatau (MSDM). Dalam bidang ilmu ini, terjadi sintesa antara ilmu
manajemen dan psikologi. Mengingat struktur SDM dalam industri-organisasi
dipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusia-nya sebagai subyek pelaku
adalah bidang kajian ilmu psikologi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai
sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau
organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human
Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar
sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan
(bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai
liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi
atau organisasi lebih mengemuka.
Pengembangan Kualitas SDM
Manusia adalah makhluk mulia,
makhluk unggulan dan serba biasa, keunggulan manusia tersebut karena ia
memiliki sumber daya yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Sumber daya manusia
(SDM) adalah potensi dasar yang ada pada diri manusia sendiri sejak manusia itu
diciptakan Allah, guna dimanfaatkan dan dikembangkan sesuai dengan
petunjuk-Nya. Sumber daya manusia siap pakai, melainkan hanya potensi dasar
yang perlu dikembangkan sampai potensi atau sumber daya itu optimal dan siap
pakai. Sebagaimana firmannya: “(Tuhan) yang menciptakan dan menyempurnakan
(penciptaan-Nya) dan menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk”
(QS. Al-Alaa’: 2-3). “dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS. Al-Furqan: 2).
Kedua ayat tersebut menunjukkan
bahwa segala apa yang diciptakan Allah termasuk manusia telah diberi
kelengkapan-kelangkapan, kesiapan-kesiapan sesuai dengan naluri, sifat-sifat,
potensi dan kapasitasnya serta fungsi masing-masing kelengkapan yang diperlukan
dalam kehidupan itulah sumber daya manusia.
Manusia diciptakan Allah dengan
struktur dan bentuk tubuh yang hanya dapat tumbuh dan dapat dipertahankan
hidupnya dengan bantuan makanan. Allah memberi petunjuk kepada manusia tentang
perlunya makanan untuk memberi daya tahan pada tubuh dan memberikan kesanggupan
pada manusia untuk mendapatkan makanan itu. Untuk memperoleh makanan tersebut
dibutuhkan alat untuk dapat membuat dan memproses makanan itu sesuai dengan
keterampilan yang dimilikinya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang
lebih banyak, maka diperlukan kerjasama dengan yang lain (ta’awun). Dan untuk
mempertahankan eksistensinya dari serangan musuh, maka Allah memberikan kepada
manusia kesanggupan pada akalnya untuk berfikir dan pada tangannya untuk
bekerja sebagai keahlian dan dari keahlian itu menghasilkan peralatan dan
persenjataan untuk mempertahankan dirinya. Agar pertahanan diri tersebut lebih
efektif, maka dibentuklah kerjasama yang baik dalam bentuk organisasi
masyarakat, karena tanpa kerjasama yang terorganisir, maka tujuan yang baik tidak
akan bisa dicapai, bahkan tujuan baik tersebut dapat digagalkan oleh tujuan
jahat yang terorganisir dengan rapid dan solid menjadikan organisasi itu
berwibawa dan kalau sudah berwibawa akan memiliki kedaulatan yang kuat. Itulah
sumber daya manusia dan dengan sumber daya itulah kemudian Allah menunjukkan
manusia sebagai khalifah yang diharapkan dapat memakmurkan bumi.
Dengan demikian, maka sumber daya
manusia menurut Islam adalah segenap daya yang ada dalam diri manusia yaitu
jasmani, akal, hati dan nafsu yang kualitasnya dapat diukur dengan kualitas
fisik, daya nalar, keteguhan iman, keterampialn dan keshalehan amaliah, nafsu
mardhiyah dan keutamaan moral (akhlak karimah), itulah “Ibaad Shaalihuun”.
Peningkatan Kualitas SDM
Kualitas sumber daya manusia merupakan
unsur yang penting dalam usaha mencapai harapan “fi al dunya hasanah wa fi al
akhirati hasanah”. Dalam pengembangan kualitas SDM tersebut, terasa betapa
pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi, keimanan dan ketaqwaan.
Jika peningkatan SDM itu intinya
adalah peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam hal ini yang
ditingkatkan adalah akal kreatif, daya nalar atau intelektualitasnya. Dan agar
supaya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut lebih bermakna, baik dalam
konteks kepentingan duniawi maupun dalam konteks pengabdian kepada Allah, dan
agar ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak menjadi liar dan tak
terkendali, maka harus dibingkai dengan iman dan takwa.
Dalam peningkatan kualitas iman dan
takwa, maka yang ditingkatkan adalah pembinaan hati dan anggota badan lainnya,
karena takwa membutuhkan pelaksanaan yang bersifat fisik. Kualitas ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan kualitas iman dan takwa harus seimbang dan
peningkatan kualitas keduanya harus berjalan seiring.
Kelemahan umat Islam dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan ketertinggalan dalam segala bidang,
tertinggal dari percepatan laju ekonomi dan peradaban dunia serta terpuruk di
tengah-tengah pusaran globalisasi dunia, bahkan bisa menjadi bola permainan dunia.
Sebaliknya jika kualitas sumber daya umat Islam baik dan potensial, memiliki
kerjasama yang solid dan kuat, memilki keunggulan duniawiyah, ikhlas dalam
segala tindakan dan teguh memegang peraturan Allah, maka umat Islam akan
menjadi umat yang berwibawa dan menjadi ikutan bagi masyarakat dunia.
Daya nalar manusia perlu dilatih
sedikit demi sedikit samapai mencapai kualitas yang diharapkan. Tahap pertama
nalar manusia dilatih untuk dapat membedakan antara yang baik dengan yang
buruk, antara yang haq dengan yang batil, antara yang mashlahah dengan yang
mafsadah dan sebagainya. Tahap ini disebut dengan “al ‘aql al tamyiz” (akal
pembeda).
Selanjutnya sumber day a yang ada
dalam diri manusia sendiri berupa jasmani, akal hati dan jiwa kualitasnya dapat
meningkat terus-menerus kearah yang lebih optimal apa bila ada pengaruh dari
luar dirinya, yaitu hidayah dan pendidikan. Dengan hidayah dari Allah, yang
bersifat sirriyah dapat menjadikan akal seseorang memperoleh ilham atau
inspirasi yang baik, hati seseorang semakin teguh, keimanan semakin mantap,
jiwa semakin tenang dan amaliah semakin baik, gagasan semakin banyak,
keterampilan semakin professional dan kemampuan fisik semakin baik.
Pendidikan yang dapat meningkatkan
sumber daya yang ada pada diri manusia harus ditunjang oleh beberapa faktor,
antara lain:
a.
Mengoptimalkan fungsi pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa, dalam menyiapkan tenaga kerja terdidik, terampil, terlatih, dalam
menyiapkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan dalam meningkatkan
iman dan takwa.
b.
Menyusun kurikulum dengan muatan pelajaran yang dapat meningkatkan
kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi iman dan takwa
c.
Menyediakan waktu yang cukup untuk pelatihan, pemecahan masalah,
eksperimen, eksplorasi dan observasi (QS. Al-A’raf: 86; Ali Imran: 137)
d.
Mendorong berdirinya sekolah-sekolah non formal yang mengarah
kepada penguasaan ketrampilan khusus yang dibutuhkan masyarakat dan industri
e.
Mendirikan balai-balai latihan untuk mereka yang memerlukan magang
f.
Mendirikan padepokan-padepokan dalam lingkungan komunitas sosial
untuk berlatih dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
g.
Memasukkan pesantren ke dalam sistem pendidikan nasional yang
memiliki otonomi penuh.
h.
Mengembangkan standar professional guru dalam rangka peningkatan
kualitas SDM.
i.
Mendorong penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
perspektif etis dan panduan moral guna terwujudnya percepatan transformasi
masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Mengkoordinasi SDM dan
mengidentifikasi SDM untuk mencapai tujuan dengan jalan membentuk organisasi.
j.
Peningkatan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan,
masyarakat dan industri.
k.
Menciptakan sistem pendidikan yang pro aktif dan lentur sebagai
kerangka dasar konsep “Link and Match” keterkaitan dan kesepadanan antara dunia
pendidikan dengan dunia industri.
l.
Menyelenggarakan pendidikan sistem ganda dalam rangka mempersiapkan
tenaga kerja berkualitas, yaitu bentuk penyelenggaran pendidikan dan pelatihan
keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematis dan sinkron antara program
pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui
praktek langsung di dunia kerja sehingga peserta didik akan memiliki tingkat
professional yang sambung dengan dunia kerja yang dibutuhkan[5].
Itulah beberapa konsep yang
dikemukan para ahli dalam rangka pengembangan kualitas SDM khususnya di
Indonesia. Konsep-konsep tersebut apabila dilaksanakan dengan baik niscaya akan
menghasilkan SDM yang berkualitas sesuai yang diharapkan oleh pendidikan Islam.
Hambatan Dan Tantangan
1.
Hambatan SDM
Upaya untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi, berwawasan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bermoral dan berbudaya yang dibingakai iman dan
takwa bukanlah suatu pekerjaan yang ringan dan mudah, karena dunia pendidikan
nasional khususnya pendidikan Islam masih menghadapi berbagai masalah internal
yang cukup mendasar dan sangat kompleks.
Pendidikan di Indonesia masih banyak
menghadapi masalah yang berantai mulai dari pendidikan tingkat dasar sampai
perguruan tinggi. Rendahnya kualitas pendidikan dasar jika tidak segera
diatasi, akan berpengaruh negatif terhadap jenjang pendidikan diatasnya samapai
ke perguruan tinggi, pendidikan dasar adalah tahapan yang kritis terbentuknya
watak dan kepribadian peserta didik. Oleh karena itu pada pendidikan dasar
merupakan saat yang paling tepat untuk menumbuh kembangkan moral hidayah iman
dan takwa sebagai landasan yang kuat bagi perkembangan berikutnya.
Pendidikan internal yang dihadapi
dunia pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Islam antara lainL
a.
Rendahnya penerapan kesempatan belajar yang disertai dengan
banyaknya peserta didik yang putus sekolah dan banyaknya lulusan yang tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hal ini terkait erat dengan
masalah kemiskinan dan kesadaran orang tua terhadap pendidikan anaknya.
b.
Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam,
matematika, dan bahasa inggris, padahal materi pelajaran tersebut merupakan
modal dasar bagi kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demikian juga rendahnya penguasaan bahasa Arab di lingkungan pendidikan agama,
padahal bahasa Arab dalam rangka meningkatkan kualitas iman dan takwa.
c.
Rendahnya efisiensi internal pendidikan karena banyak pesera didik
yang mengulang kelas, sehingga lama studi melebihi batas waktu yang telah
ditentukan. Untuk program sarjana satu rata-rata penyelesaiannya selama 5,5
tahun (11 semester), padahal hal ketentuan yang berlaku 4 tahun atau 8
semester.
d.
Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidiken atau relevansi
pendidikan. Hal itulah yang seringkali dipermasalahkan sebagai penyebab
terjadinya pengangguran tenaga terdidik sebenarnya bukan semata-mata karena
rendahnya relevansi pendidikan, akan tetapi juga karena perkembangan dunia
usaha didominasi oleh pengusaha-pengusaha besar yang mempunyai kecenderungan
mengutamakan padat modal dan teknologi yang tidak banyak membutuhkan tenaga
kerja. Yang demikian ini menyebabkan banyak tenaga kerja yang tidak terserap,
ditambah lulusan setiap tahun semakin meningkat.
e.
Dilibatkan dari segi konsep pendidikan kejuruan modal konvensional
terdapat kelemahan-kelemahan, yaitu; penerapan pendekatan “supply driven”
dinamika totalitas penyelenggaraan pendidikan kejuruan dilakukan secara sepihak
oleh pemerintah, dalam hal ini Depdiknas dan pengelolaannya terlalu
sentralisti; penerapan pendekatan “supply driven” dimana totalitas
penyelenggaraan pendidikan kejuruan dilakukan secara sepihak oleh pemerintah,
dalam hal ini Depdiknas dan pengelolaannya terlalu sentralistik; penerapan
“school based model” telah membuat peserta didik tertinggal oleh kemajuan dunia
usaha atau industri; pengajaran berbasis mata pelajaran telah membuat peserta
didik tidak jelas kompetensi yang dicapainya; pendidikan kejuruan model berbasis
sekolah fleksibel, namun tidak mengakui keahlian yang diperoleh di luar
sekolah; pendidikan kejuruan hanya menyiapkan tamatannya untuk bekerja di
sektor formal dan kurang adanya integrasi antara pendidikan dengan pelatihan
kejuruan; guru kejuruan kurang adanya integrasi antara pendidikan dengan
pelatihan kejuruan ; guru kejuruan kurang memiliki pengalaman kerja industri;
dan adanya kesenjangan pembiayaan, sekolah kejuruan negeri pembiayaan
sepenuhnya ditanggung pemerintah, sedang sekolah kejuruan swasta biayanya
sepenuhnya ditanggung peserta didik.
f.
Adanya kebiasaan salah, namun dilakukan terus menerus oleh guru
tanpa ada kesadaran bahwa apa yang dilakukan sebenarnya salah antara lain;
membiarkan peserta didik menghasilkan pekerjaan asal jadi tanpa ada pengawasan
dan bimbingan; membiarkan peserta didik bekerja sama tanpa memperhatikan
keselamatan kerja[6].
2.
Tantangan SDM
Arus globalisasi yang sedang melanda
dunia termasuk Indonesia merupakan tantangan bagi SDM. Globalisasi adalah suatu
proses pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam suatu sistem
ekonomi global yang diyakini sebagai era masa depan yang menjanjikan, yaitu
pertumbuhan ekonomi global yang dapat mendatangkan kemakmuran global bagi
semua. Proses globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan faham
kapitalisme, yakni kian terbuka dan mengglobalkanya peran pesat. Investasi dan
proses produksi dari perusahaan-perusahaan transnasional yang dikuatkan oleh
ideology dan tata dunia perdagangan baru di bawah aturan yang ditetapkan oleh
organisasi perdagangan bebas secara global[7].
Kebanyakan masyarakt beranggapan
bahwa keunggulan seseorang terletak pada kemampuan ekonominya, sedang untuk
dapat memiliki ekonomi yang mapan diperlukan SDM yangb berkualitas, dan ini
bisa diperoleh hanya dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan
dunia usaha dan industri erat sekali hubungannya dengan kualitas SDM yang
menanganinya. Suatu usaha dilakukan dan industri didirikan mempunyai satu
tujuan, yaitu membangun ekonomi yang mapan, yang berarti kemapaman ekonomi
itulah yang menjadi tujuan utama segala aktifitas kerja orang-orang di seluh
dunia. Dengan demikian maka “keunggulan manusia terletak pada kualiatas sumber
daya yang dimilikinya”.
Di sisi lain, globalisasi ditandai
dengan mudahnya seseorang memperoleh informasi dan sentuhan budaya dari
berbagai penjuru dunia. Kecepatan dan kemudahan memperoleh informasi tersebut
karena adanya penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Siapa yang memilki teknologi
informasi yang tinggi, maka dialah yang paling cepat mengirim atau menerima
informasi tentang aktifitas ekonomi, budaya maupun lainnya. Oleh karena itu
arus globalisasi datangnya dari Barat, maka bentuk ekonomi, informasi dan
budaya yang mengglobal adalah produk Barat yang notabenya banyak yang tidak
sesuai dengan ajaran dan budaya Islam. Yang demikian itu merupakan tantangan
yang harus dihadapi umat Islam.
Arus globalisasi dengan dua
indikator tersebut sudah di depan umat Islam. Jika umat Islam bertahan seperti
keadaannya yang sekarang ini, niscaya akan tersapu dan tenggelam dalam arus
globalisasi secara totalitas, berarti sengaja menghanyutkan nilai-nilai
keIslaman sendiri. Yang menjadi tantangan khususnya bagi dunia pendidikan Islam
adalah merumuskan dan menentukan langkah-langkah bagaimana agar umat Islam
dapat tetap eksis dalam arus globalisasi tanpa kehilangan nilai-nilai
keIslamannya.
C.
KESIMPULAN
Pendidikan
Islam adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam yang
mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sebagai hamba Alloh
sebagaimana Islam sebagai pedoman kehidupan dunia dan akhirat.
Sumber
daya manusia atau biasa disingkat menjadi
SDM adalah potensi yang terkandung dalam
diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosialyang
adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh
potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan
dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
Pada
hakekatnya pengembangan sumber daya manusia merupakan irisan dari tiga komponen
dasar sebagai berikut ; pengembangan individu (personal), pengembangan
karier (professional), pengembangan dalam kehidupan bermasyarakat (organisasi).
Dari pemaparan
di atas, maka dapat disederhanakan dalam uraian kesimpulan di bawah ini bahwa
pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mengembangkan
kualitas SDM yang Islami yang ditandai dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, iman dan takwa agar umat Islam tidak tenggelam dalam arus
globalisasi atu terseret hanyut sehingga menyebabkan nilai-nilai keIslamannya
hilang. Walaupun dalam kenyataannya selalu dihadapkan dengan berbagai hambatan
dan tantangan.
Daftar
Rujukan
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan,
(Jember: Center For Society Studies, 2007)
Direktorat Jendral Pendidikan agama
Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
Tentang Pendidikan, (Jakarta: Depag RI, 2006)
Indra Djati
Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, (Jakarta: Paramadina Logos Wacana
Ilmu, 2001)
Jimmly Ash-Shidiqie (eds), Sumber Daya Manusia untuk Indonesia Masa Depan (Bandung: Mizan,
1996)
Mansour
Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001)
Moeljanto Tjokrowinoto, Pembangunan Dilema dan Tantangan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1995)
[1] Moeljanto
Tjokrowinoto, Pembangunan Dilema dan
Tantangan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 28.
[2] Jimmly
Ash-Shidiqie (eds), Sumber Daya Manusia
untuk Indonesia Masa Depan (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 9.
[3] Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Jember: Center For Society
Studies, 2007), hal. 6.
[4] Direktorat Jendral Pendidikan agama Islam Departemen Agama
RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan,
(Jakarta: Depag RI, 2006), hal. 5.
[5]
Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, (Jakarta: Paramadina
Logos Wacana Ilmu, 2001), hal. 125-127.
[6]
Ibid. hal. 112.
[7]
Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001), hal. 196
Tidak ada komentar:
Posting Komentar